TAK ANEH | BAG II

TAK ANEH

BAG 2

Karya : Ilham Ramadhan

 

"Selamat pagi, pak. Saya Rud...."

Belum selesai aku membuka obrolan dengan memperkenalkan diri, aku dikejutkan dengan seorang pria kira-kira berumur 28 tahun yang menoleh. Dia adalah Fahri, rekan kerjaku yang dulu bekerja di toko yang sama, dia adalah orang yang membuatku kehilangan pekerjaanku dulu. Tapi kenapa dia disini sekarang? Apa dia bekerja disini sekarang? Lalu apa kabar dengan pekerjaan di toko yang dulu selalu jadi incarannya, hingga dia sanggup untuk menjadi serigala berbulu domba.

"Loh..??" Kata yang seharusnya keluar dari mulutku, justru diucapkan olehnya.

Tanpa berpikir panjang, segera aku mengambil langkah seribu meninggalkan tempat itu.

"Rudiiii... Tunggu!!!" Terdengar dengan jelas suara Fahri mencoba menahan langkahku.

Tak ku hiraukan panggilan darinya, hingga sampai sebuah pergelangan tangan merengkuh lenganku dengan erat.

"Rudi, aku mau ngomong. Aku mau meluruskan semuanya. Tolong, kasih aku kesempatan buat menjelaskan semuanya."

Ingin sekali aku tetap melanjutkan niatku untuk pergi dari situ, tapi aku kembali mengingat petuah dari Ibu Wati

"Jangan sampai satu kesalahan seseorang, bisa memudarkan semua kebaikan yang sudah orang itu berikan ke kita."

Dengan isi pikiran yang masih kalut, aku mencoba menurunkan egoku, mencoba menerima invitasinya untuk berbicara empat mata. Singkat cerita, kami duduk berdua di sebuah warung kopi yang masih buka di daerah blok M. Bertetangga dengan ruko-ruko yang masih tutup di sebelah kiri dan kanannya. Kopi datang bersamaan dengan obrolan yang dibuka oleh Fahri.

 

"Gimana kabarnya, Rud?" Basa-basinya membuka obrolan.

"Sudahlah Ri, apa yang sebenarnya mau kamu lurusin?" Aku mulai muak dengan basa-basinya yang memang sudah basi.

"Aku tau, satu hal yang buat kamu benci dengan aku adalah permasalahan yang ada di toko kita dulu." Dia mencoba mengulas hal yang lalu.

"Bukan di toko itu masalahnya, masalahnya itu ada di kamu." Jawabku santai sembari meminum kopi hitam tanpa gula.

"Rudi, kalau sampai sekarang kamu masih benci denganku, ga apa apa. Tapi aku hanya ingin menceritakan kisah sebenarnya tanpa aku buat-buat."

 

Timbul sedikit rasa penasaran di hati ini, apa arti dari 'kisah sebenarnya' yang dia maksud. Ah, bisa saja dia mengarang cerita hanya untuk menyelamatkan dirinya, tapi buat apa? Bukankah dia bisa tetap menjadi orang yang aku benci walau tanpa menjelaskan sesuatu?

 

"Jadi begini, Rud. Sebenarnya bukan kamu aja yang jadi korban. Di toko kita dulu, aku juga seorang korban. Semuanya bermula dari pak Joni yang punya ide......"

 

~


Komentar

Postingan Populer