PERSEMBAHAN | BAG |||

 

Persembahan

Irhan Aja

 

Bagian 3

 

Hari minggu yang cerah, terdapat banyak pemandangan di sekeliling ku, ada yang sedang menikmati perasaan sejuk Sambil memperhatikan Gawainya, ada pula yang tengah asyik mengobrol dengan temannya, bisa ku perkirakan cuaca di luar mampu membakar kulit, namun untungnya aku tengah berada di dalam Cafe milik Yudi, hawa sejuk yang berasal dari pendingin ruangan menambah kenyamanan di dalam Cafe ini, pasti kalian sudah menduga aku bersama siapa di tempat ini, iya aku bersama Yudi.

Semenjak pertemuan pertama ku dengan saudara kembar Yusuf, yaitu dengan Yudi, terlihat bagi ku hal ini seperti telah terancana sebelumnya oleh Yudi, namun walaupun aku sadar ia telah merencanakan ini, tetapi entah kenapa aku pun menikmati rencananya, pertemuan demi pertemuan ku dengan nya serasa begitu menyenangkan, harus aku akui caranya berkomunikasi dan berinteraksi dengan ku sangat berbeda dengan Yusuf, namun walaupun begitu, hati kecil ku tetap merasa rindu dengan hal-hal konyol dan berlebihan yang kerap di lakukan Yusuf untuk mendekati ku, di tambah hampir setiap malam aku merasa bersalah tetap memukul wajahnya di depan umum waktu itu, aku sangat berharap bisa kembali akrab dengannya.

 

"Nis... Nisa!..."

 

"Ehh iiyaa"

 

"Ngelamun lagi?"

 

"Hehehe he'em" aku sambil menganggukan  kepala

 

"Ada apa, beberapa hari ini kamu ngelamun terus?"

 

"Hmmm, gimana yaa, aku boleh nanya tentang Yusuf ngak?"

"Boleh dong, masa ngak boleh, lagi pula dia itu orangnya mudah nangis, kalo ada masalah di kampus pasti dia cerita ke aku, sambil nangis pastinya"

 

Sambil tertawa kecil Yudi mengata itu, ternyata pikiran ku selama ini tentang Yusuf salah besar, aku mengira sosok Yusuf yang tidak peka akan keadaan dan selalu berbuat hal yang konyol di tempat umum tidak mudah merasa sedih, setelah mendengar itu hati kecil semakin merasa bersalah.

 

"Apalagi harus ku akui, ia sangat menyayangi ibu kami, di tambah Semenjak kematian ayah, ia memutar otak untuk dapat membuka usaha kecil untuk menambah penghasilan keluarga"

 

"Hehh, bukannya yang membuka usaha itu kamu ya Yud?"

 

"Iya bener aku, tapi sebelum itu Yusuf lah, yang merintis usaha itu, namun karena aku memang tidak ingin berkuliah dan selalu berfoya-berfoya sebelumnya, ia mengajak untuk mengurus usaha tersebut, hingga akhirnya akulah yang di percaya untuk mengembangkan usahanya dan alhamdulillah sekarang telah berkembang menjadi cafe yang cukup besar"

 

"Oh seperti itu ternyata"

 

Sebenernya aku sangat terkejut mendengar tersebut, Yusuf yang ku anggap masih berpikiran selayaknya anak kecil, ternyata sangat dewasa dan sangat dapat di andalkan.

 

"Iya Nis, oh ya hari ini aku mau Latihan Taekwondo, mau ikut ke Dojo ngak?"

 

"Mau dong...!"

 

"Yaudah Yuk gas kita berangkat"

 

###

 

Beberapa hari setelahnya, aku sedang duduk termenung di taman kampus tempat biasa aku membaca buku, namun saat itu aku tidak membaca, tangan tidak henti-hentinya mencabut rumbut, aku berusaha menghilangkan gulana di perasaan ku, hari ini diberi tugas tambahan dari dosen karena tugas yang ku kerjakan malah keluar dari materi mata kuliah, sehingga aku ditugaskan untuk menganalisis berbagai artikel ilmiah mengenai materi kajian ku, tugas ini sangat membosankan bagi ku.

 

Saat aku bersiap pulang, ada seseorang yang tak terduga menyapa dan duduk di sebelah ku

 

"Hai Nisa"

 

"Hehh, Kunyukk!..., e maaf  Yusuf  maksudku, hehehe"

 

"Udah lama yaa, kita ngak  ngobrol bareng"

 

"Emm iya Suf, kamu apa kabar?"

 

"Aku baik kok, malah aku khawatir sama kamu, keliatan banget lagi bete, hehehe"

 

Dengan senyumnya yang khas aku bisa merasakan ketulusannya dalam berbicara yang tercermin dari kedua matanya

 

"Iya, aku dapat tugas tambahan dari dosen, nyebelin banget Suf, kamu jangan coba nambah ke bete an ku yaa, wkwk"

 

"Ngak kok, aku cuma mau nemenin kamu aja duduk di sini, hehehe"

 

Dengan gelagapan ia menjawab perkataan ku, sangat terlihat ia sangat menjaga tingkah lakunya, dalam hati aku merasa sedikit lucu dengan tingkahnya yang kaku.

 

"Oh ya Suf, aku minta maaf yaa, waktu itu aku menonjok muka mu di depan umum"

 

Dengan nada rendah aku mengatakan hal itu, terlihat ia membalas dengan senyum tipis, hati menjadi tenang dengan melihat senyumnya memancarkan keikhlasan.

 

"Ngak apa-apa Nisa, aku yang keterlaluan waktu itu, aku harusnya yang minta maaf, bikin kamu malu juga di depan umum"

 

"Aku juga udah bikin kamu malu, hehehe" balas ku dengan nada bercanda

 

"Hahaha, berarti kita sama-sama salah dong"

 

"Hehehe iyaa"

 

Aku merasa ia telah banyak berubah, di tambah setelah mengetahui fakta tentang Yusuf, aku merasa ia laki-laki yang cukup baik untuk di jadikan sebagai teman dekat.

 

"Ni... Nisaa kamu harus sabar yaa, aku yakin kalo kamu berhasil menyelesaikan tugas tambahan ini, nilai kamu pasti aman di mata kuliah itu"

 

Aku agak terkejut, ia mengatakan saran yang tergolong biasa saja, tapi dengan nada yang lebih rendah serta dengan gaya sambil menatap langit, aku merasa hal ini sangat lucu.

 

"Hahahaha, Iyaa Suf, asyiap...!"

 

Sambil tertawa lebar aku membalas sarannya tersebut

 

"Nah gitu dong, sekarangkan udah enak di liat hehehe"

 

"Oh maksud mu, aku tadi ngak enak di liat?"

 

"Iyaaa...!"

 

Sambil beranjak dan berlari menuju pintu gerbang Yusuf melangkah pergi, namun sebelum ia menghilang di balik pintu gerbang, ia melambambaikan tangannya di tambah dengan senyumnya yang semringah.

 

Aku membalasnya dengan senyum ceria, dalam hati aku membalas

"Terima kasih Kunyukk".

 

###

 

BEBERAPA HARI SEBELUMNYA

 

Di saat aku dan Yudi kembali dari Dojo, waktu telah menunjukan Pukul 21.00 WIB, kami berdua melewati jalan rawan akan aksi kriminal pembegalan, dari awal perjalanan pulang aku tidak tenang, karena memang baru pertama kali ini aku pulang selarut ini, dan benar dugaan ku.

Saat ini Yudi dan aku tengah di hadang dua orang misterius, yang mengenakan penutup wajah, mereka dengan kasar nya memerintahkan kami turun dari motor Honda CBR150R yang di bawa oleh Yudi, saat ini aku telah menjauh dari kedua orang misterius itu, dengan gugup aku menghubungi pihak kepolisian, di samping itu melihat Yudi tengah adu jontos dengan kedua pembegal tersebut.

Satu tendangan pertama yang di lancar oleh Yudi berhasil mematahkan gigi rahang bawah salah satu pembegal tersebut, sehingga ia tersungkur mencium aspal yang dingin, namun teman pembegal tersebut dengan sigap mengeluarkan senjata tajam berupa berupa celurit tajam yang dapat kulihat dari jauh celurit tersebut memantulkan cahaya putih dari pantulan sinar lampu jalanan, sekujur tubuh ku mendadak gemetar melihat sabetan celurit dari pembegal yang terus mencoba menyerang Yudi, namun terlihat Yudi masih mampu menghindari serangan tersebut, dan dengan sigap, di saat pembegal tersebut membuka celah pertahanan, Yudi berhasil mengunci pembegal tersebut serta dengan cepat Yudi membanting pembegal, masih dalam posisi mengunci Yudi mengeluarkan senjata tajam pula berupa pisau lipat, kemudian tanpa ragu ia menusukkan pisau tersebut ke bahu atas pembegal tersebut, setelahnya dengan cepat Yudi mencabut pisaunya dari bahu pem begal.

 

"Aaaa... setann...! sakiitttt...!"

 

Pembegal itu berteriak dengan kencang, dengan di iringi dengan darah segar mengucur jatuh ke aspal.

 

"Makan itu, binatang sialan...!"

Balas Yudi pula dengan nada keras

 

Yudi kemudian melepaskan kunciannya, pembegal itu menjauh bersama dengan temannya, mereka berdua berlari menghilang di telan gelap malam.

 

Tidak lama kemudian, pihak kepolisian sampai ke tempat kejadian, kami sempat di introgasi, Yudi menjelaskan bahwa ia terpaksa menusuk balik pembegal sebab pembegal tersebut menggunakan senjata tajam terlebih dahulu dengan niat membunuh Yudi.

 

Di tambah dengan kesaksian ku, yang memperkuat kebenaran atas pembelaan yang di lakukan Yudi, akhirnya pihak kepolisian melepaskan Yudi dengan syarat kartu pengenal, beserta Pisau dan celurit pembegal, untuk sementara di bawa oleh pihak kepolisian, kami pun di iringi pihak kepolisian ikut mengantar ku kembali ke rumah.

 

"Yud, makasih yaa, aku khawatir banget tadi, kamu ngak apa-apa kan?"

 

"Alhamdulillah aku ngak apa-apa kok, maaf  bikin kamu khawatir, harusnya tadi aku serahin aja tadi sepeda motor ku, tanpa harus melawan dan bikin kamu khawatir"

 

"Ih ngak apa-apa, aku salut malahan kamu bisa tenang ngadepin penjahat tadi, jujur keren banget Yud"

 

"Ahhahah, iya dong namanya juga Yudi"

 

Dengan congkak ia berlagak, dan dengan cepat langsung ku jewer telinganya.

 

"Aaaa, sakit Nis"

 

"Hehehe, maaf, makanya jangan sombong "

 

"Iya deh, ngak lagi sombong, Hehehe"

 

"Yaudah, aku masuk dulu ya, makasih Yud, untuk hari ini"

 

"Iya Nis, selamat istirahat "

 

Setelah aku masuk ke dalam rumah untung lah, mobil polisi itu tidak membunyikan sirine dan langsung pergi setelah aku sampai di depan rumah, sehingga ibu dan adikku tidak tahu atas apa yang telah terjadi malam  ini.

 

###

 

Sedikit merinding saat aku mengingat kembali kenangan tersebut yang kemudian ku tuliskan dalam catatan ini, setelah ku teguk secangkir susu yang telah ku buat tadi, langsung ku lanjutkan cerita yang akan tulis.

 

PAGI HARI SEBELUM NISA BERTEMU KEMBALI DENGAN YUSUF DI TAMAN KAMPUS

 

Sebelum masuk ke dalam kelas, aku menerima pesan dari Yudi, bahwa ia di panggil oleh pihak kepolisian untuk memberikan keterangan kesaksian sebagai korban pembegalan, setelah membalas pesan itu, aku langsung masuk kedalam kelas, sejujurnya mata ku sangat mengantuk, sebab semalaman bukannya tidur aku malah kerja rodi untuk menyelesaikan tugas yang harus di kumpul pagi ini, namun na'as tugas ku tersebut ternyata tidak akurat dengan topik yang harusnya aku kaji dalam makalah buatan ku, sehingga aku mendapatkan tugas yang tambahan sebagai nilai tambahan ku.

 

Setelah pertemuan dan percakapan singkat ku dengan Yusuf setelah sekian lama, aku dan dia tidak bertegur sapa, aku sudah berada di kamar untuk segera menyelesaikan tugas tambahan dari dosen, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, aku merasa agak khawatir dengan Yudi, sebab ia tidak mengabari ku sejak terakhir memberitahu bahwa ia sedang berada di kantor polisi.

 

Beberapa kali aku terus melihat notifikasi di HP ku, mengharap Yudi membalas pesan ku, namun bahkan aku sangat mengharapkan Yusuf memberikan pesan selamat kepada ku, tanpa ku sadari waktu telah menunjukkan pukul 00.00 WIB, mata ku pun telah meronta-ronta untuk di istirahatkan, dalam sekali pejaman, aku pun telah terlelap dalam tidur.

 

Keesokan paginya, kami bertiga adikku dan ibu sarapan bersama di meja makan, seperti biasa aku memakan bolu favorit ku, aku bisa merasakan tatapan tajam dari mata adikku yang juga menginginkan bolu ini.

 

"Nihh, kakak bagi deh, kayaknya dari tadi sampe ngiler pengen betul makan bolu ini"

 

Dengan senyuman mengejek aku membagi bolu tersebut kepada adikku

 

"Helehhh siapa juga yang mau, tapi kalo maksa sini deh, aku makan kak, hahaha..."

 

"Mulai malu-malu kucing nya"

 

"Hehehe iya, makasih kakak ku yang cantik dan baik hati, muachhh"

Dengan memonyongkan mulut ia memuji ku

 

"Idihh, pake segala kiss lagi"

Dengan senyum tertawa aku membalas pujian adikku

 

"Nah gitu dong, akuuur..., kan enak ibu liatnya"

 

"Hehehe..."

Celetusan ibu membuat kami tertawa bersama.

 

Setelah selesai membantu ibu membereskan sisa sarapan, aku bersiap untuk berangkat ke kampus, namus ternyata pagi itu, dosen yang mengajar mata kuliah hari itu tidak dapat mengisi perkuliahan, sehingga aku yang tadi telah siap ke kampus menjadi agak jengkel, sebab telah siap sedari pagi namun ternyata malah jam kosong.

Di saat aku ingin merebahkan tubuh, tiba-tiba ibu mengetok pintu kamar ku

Di saat aku ingin merebahkan tubuh, tiba-tiba ibu mengetok pintu kamar ku, hampir saja aku terlelap kembali ke dalam angan-angan mimpi.

 

"Nak, ada tamu, ibu dari Yudi"

 

"Hah, ibunya Yudi"

 

"Cepet gih, ngak enak ibunya Yudi nunggu"

 

 

 

Komentar

Postingan Populer