PERSEMBAHAN | BAG II

 

Persembahan

Karya: Irhan Aja

Bagian 2


Tiupan angin yang berhembus mesra, seakan membuat tubuhku di manjakan oleh lembutnya sentuhan udara di siang itu, kesuntukan yang terasa sedari pagi, perlahan mulai beranjak pergi, sambil terus kunikmati es krim green tea yang sangat ku sukai, di tengah menikmati suasana taman kampus di siang itu, batinku menggumam ("Syukarlah sudah satu bulan, setelah si yusuf melakukan hal norak itu di depan anak-anak lainnya, tidak pernah lagi menampakkan dirinya di depan ku, tapi aku juga merasa penasaran, kenapa dia tidak pernah terlihat lagi?").

Seketika gumaman ku terkacau oleh sosok yusuf yang seperti biasanya, dengan setelan kemeja dan kacamata bulatnya, berjalan dengan pelan menuju arah keluar gerbang kampus, sekilas kulihat dia memandang ku, namun kali ini berbeda, ia hanya tersenyum sejenak lalu fokus kembali berjalan ke arah keluar kampus.

"Waw itu beneran yusuf kan?, seneng banget deh, sekarang dia beneran nyerah" gumam diriku sendiri.

Suasana hati di siang yang sejuk ini, benar-benar sangat cerah, rasanya bila saat ini tidak ada sedikit pun orang di taman ini, aku akan menari dengan cerianya, baiklah untuk menambah keceriaan ku siang ini, akan ku beli semua kue bolu di kantin Mak Bardiah, dan akan ku makan semua, semalaman di kamar "hahaha...!" (tawa jahat penuh keceriaan).


###


Sudah dua (2) bulan, salah bahkan tiga (3) bulan, aku merasa sangat tenang dan tenteram sebab kehidupan ku di kampus sekarang benar-benar telah tenang tanpa adanya pengganggu, yusuf yang selama ini menganggu kerap mendekati dengan berbagai cara yang benar-benar menarik perhatian orang lain di sekitar ku, sepertinya ia telah menyerah, memang sesuai dugaan ku, ia adalah seorang laki-laki yang tidak bisa di andalkan.

Namun entah mengapa diri ku mulai merasa kesepian dan bosan, Sore itu aku tengah belajar untuk persiapan Ujian Tengah Semester, tetapi sedikit pun otakku tidak bisa fokus, mungkin karena hati ku mulai merasa kesepian.

"Tokk!!!" (Sebotol air mineral mendarat rapat disamping ku)

"Permisi kak, aku boleh duduk di sampingnya ngak?"

"Hehh, Yu.. yuuusuuf!" Aku sangat terkejut, orang ini yusuf kan, tapi kenapa ia sangat berbeda, rambutnya tertata rapi, dan yang paling mencolok ia tidak memakai kaca mata bulatnya

"Maaf kak, saya bukan yusuf, tapi saya sangat kenal dengan Yusuf" dengan senyum tipis, ia membalas perkataan ku

"Jangan becanda deh, kamu Yusuf kan?"

"Bukan kak, saya Yudi Fajar, saudara kembar Yusuf Fajar, dan saya lebih tua 10 menit dari Yusuf, hehehe"

Aku membatin belum sepenuhnya percaya, bila laki-laki ini adalah saudara kembar Yusuf.

"Gimana kak, saya boleh dudukkan di sampingnya, capek dari tadi, ngobrolnya berdiri"

Sambil kembali tersenyum ia menanyakan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.

"Hmmm, iya deh, kamu boleh duduk di samping ku"

"Neghima Nihan kak" (Terima banyak kasih kak)

"Jama-jama (Sama-sama), kamu bisa bahasa lampung ternyata"

"Iya dong, tinggal di lampung, harus bisa bahasa lampung"

Dalam hatiku sedikit kagum, baru kali ini, di lingkungan kampus ada yang mengajakku berbahasa lampung, oh ya aku lupa mengatakan, aku sebenarnya sangat fasih berbahasa Lampung, sebab saat ayah masih hidup, kami tinggal di rumah nenek ku, yang mayoritas masyarakat di sana berbahasa lampung, namun setelah ayah meninggal, ibu memutuskan untuk kembali ke bandar lampung, agar aku juga mendapatkan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap.

"Iya-iya" jawab ku dengan dingin

"Nama kakak, Nisa kan, cewek yang selalu di kejar-kejar sama Yusuf?"

"Kok bisa tahu nama ku"?

"Sebenarnya Yusuf selalu curhat, dan cerita tentang kakak, dia selalu bilang kalo kakak itu cewek yang bener-bener sopan cara berpakaiannya, dan kalo ngomong tegas banget katanya, hehehe"

"Halah, bilang aja kalo dia ngomong aku ini galak"

"Hehehe ngak kak, sumpah dia bilang tegas bukan galak"

"Iya-iya"

"Oh ya kakak lagi belajar buat Uts besok kan, nih minum buat kak, aku tarok di sini ya, jangan di buat loh, mubazir hehhe, tapi kalo nanti mau di kasih ke fakir miskin ngak apa-apa"

Dengan wajah yang di penuhi keramahan, dia beranjak dari tempat duduk, dan sebelum aku berkata-kata.

"Sebelumnya kenalin lagi, aku Yudi Fajar, saudara kembar Yusuf Fajar, dan di kampus ini hanya kakak yang tahu, bila Yusuf memiliki saudara kembar, sebab aku memang memilih menjalankan bisnis sendiri, dan tidak lanjut ke perguruan tinggi"

Tanpa menoleh, dia mengatakan fakta tersebut, aku mulai percaya bila dia memang bukan Yusuf, setelah mengatakan itu ia pergi ke arah luar kampus, bersama dengan itu senja mulai tampak, ku minum air yang diberikan Yudi kepada ku, aku tidak habis pikir, dua saudara kembar ini memiliki sifat yang sangat berlawanan.

###

Malam semakin dewasa, dingin malam pun semakin semakin kuat menembus baju piyama yang ku kenakan, tulisan ku terhenti saat ku mengingat pertama kali pertemuan ku dengan Yudi, sosok laki-laki tampaknya sangat dapat di andalkan, dan sangat berbanding terbalik dengan Yusuf, setelah ku teguk segelas air putih, akan ku coba tuliskan kembali cerita ini.



           
"Rasa sakit saat tidak di hargai adalah proses dalam menjalani kehidupan yang rumit, di hargai atau tidaknya pengorbanan mu merupakan haknya, namun kewajiban mu adalah tetap melakukan melakukan yang terbaik"

-Irhan Aja-



Komentar

Postingan Populer